Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan." Muttafaq Alaihi.

Wahid Hasyim, Sosok Santri dan Pejuang Muda yang Brilian

Siapa warga Nahdatul Ulama (NU) yang tak kenal tokoh satu ini. Beliau adalah salah satu pejuang dan pahlawan nasional yang energik dan penuh dedikasi untuk bangsa. Sosok santri yang sangat memahami dunia politik bangsa ini adalah putra dari K.H. Hasyim Asy’ari sang pendiri NU. Ia merupakan politikus yang dilahirkan dikalangan santri dan bahkan tidak pernah memperoleh pendidikan dari luar pondok pesantren. Dunia luarnya ia pelajari secara otodidak melalui buku-buku dan kawan-kawan yang dikenalnya.

Beliaulah yang membawa perubahan di dunia kesantrian di NU. Berpikir bagaimana seorang santri tidak hanya belajar agama saja namun juga harus mengerti pendidikan umum, bahkan bahasa asing. Ia melihat bahwa kalangan santri saat itu masih kalah jauh dengan siswa-siswa keluaran sekolah umum, apalagi banyak pejuang-pejuang pergerakan adalah dari kalangan sekuler, oleh karena itu ia berusaha mendobrak bagaimana agar santri tidak hanya mengerti agama tapi juga mengerti ilmu umum. Saat awal-awal perjuangannya di NU ia banyak mendapat kritikan karena idenya membawa pelajaran sekuler saat itu di dunia santri. Namun, ia hadapi dengan penuh kesabaran. Ia juga mengusulkan sebuah madrasah yang belajar agama dan ilmu umum.

Wahid Hasyim adalah seorang pembelajar sejati, ia melahap semua buku-buku baik agama maupun umum, baik buku ekonomi, sejarah, politik, seni budaya, semua ia lahap habis. Sampai-sampai ia dalam usia muda harus mengenakan kacamata karena hobinya itu.

Ia juga mengkritik orang-orang terpelajar yang tidak peka terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Menurutnya, mereka hanya bisa membaca buku-buku kecil dalam huruf-huruf kecil a-b-c-d atau alif-ba-ta-tsa, tetapi tidak bisa membaca buku-buku besar dengan huruf-huruf besar. Yang dimaksudkan di sini adalah kebanyakan orang pandai tidak mampu membaca tanda-tanda (fenomena) yang sedang bergejolak dalam masyarakat.

Dalam umur yang cukup muda, Wahid Hasyim (Almarhum) telah memimpin beberapa organisasi besar. Baik NU, Masyumi, MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), LMI (Liga Muslimin Indonesia), dll. Selain itu beliau juga sempat menggantikan ayahnya memimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Bahkan beliau pernah menjadi menteri kabinet termuda pada masa itu. Kemampuannya dalam berpidato juga cukup disegani. Ia pernah mendirikan Badan Propaganda Islam. Banyak prestasi yang ditorehkan saat menjadi menteri agama antara lain menetapkan pelajaran agama wajib di sekolah-sekolah, mengembangkan PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri), sekolah pendidikan untuk guru agama, dll.

Di awal-awal perjuangan kemerdekaan ia juga sangat berperan aktif. Wahid Hasyim sangat menentang penjajahan. Ia bahkan tidak sudi menerima kemerdekaan yang hanya merupakan hadiah penjajah. Ia berpikir bagaimana kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan sepihak dari bangsa Indonesia sendiri. Selain itu, beliau juga salah satu yang mengusulkan dan memperjuangkan bagaimana kalimat “menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dalam Piagam Jakarta, walaupun akhirnya dalam perdebatan gagal, karena daerah Timur yang mayoritas Kristen akan menolak bergabung dengan RI bila kata-kata tersebut di-gol-kan.

Sayangnya, dalam usia sangat muda sekitar 39 tahun beliau mengalami kecelakaan di daerah Cimahi. Beliau lalu menghembuskan nafas terakhir pada esok harinya di RS Boromeus Bandung. Ah, kita merindukan sosok-sosok muda layaknya Wahid Hasyim yang mampu memimpin negeri ini.

Diambil dari berbagai sumber


http://aansetia.wordpress.com/

Ikhwah baca juga yang ini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright MTNI ONLINE © 2009 Dakwatuna |Designed by faris vio|Modified by Ismi Ikhwanfillah |Converted to blogger by Team Redaksi Blogger MTNI ONLINE